Kamis, 08 Desember 2011

MENGANALISIS KENAKALAN REMAJA


Analisis kenakakalan remaja

Fase remaja adalah masa penuh gairah, semangat, energi, dan pergolakan. Seorang anak tidak saja mengalami perubahan fisik tetapi juga psikis. Semua ini mengakibatkan perubahan status dari anak-anak menjadi remaja. Ada kebanggaan, karena sebagai remaja status sosial mereka berubah, keberadaan atau eksistensi mereka harus selalu diperhitungkan. Tetapi, ada juga kebingungan, kegelisahan, kecanggungan, kegaulan, dan teenage clumsinees1 karena perubahan hormonal menyebabkan mereka mengalami pertarungan identitas.
Selain itu, remaja umumnya sudah mampu memahami logika dan konsekuensi dari sebuah tindakan logis. Pola berpikir logis membuat mereka selalu menuntut alasan dibalik sebuah tindakan. Itulah sebabnya, para remaja seringkali diberi label sebagai kelompok yang suka menentang.
Perkembangan kemampuan intelektual mendorong para remaja berani membangun diskusi tentang ide atau gagasan bersama kelompoknya. Kemampuan berdiskusi merupakan penuntun para remaja untuk mengidntifikasi perbedaan pendapat, menguji argumentasi, dan menegaskan sebuah tindakan. Mereka mengembangkan kemampuan untuk membentuk kelompok teman sebaya atau kelompok-kelompok kecil yang sifatnya lebih tertutup.
Ketakutan dan kecemasan sebagian besar para remaja adalah saat mereka melewati fase remaja mereka dengan sukses, dengan aman tanpa cedera yang berarti. Namun, hal yang menggembirakan adalah bahwa sebagian besar dari mereka sebenarnya mampu melewati dunia kedewasaan meski tertatih-tatih penuh kelelahan.
Di Indonesia, karena perubahan tersebutlah remaja selalu dikaitkan dengan kenakalan. Kelompok mereka seakan-akan tidak bisa lepas dari kenakalan sehingga selalu menjadi target orang-orang dewasa untuk dipersalahkan. Padahal, belum tentu seluruh kenakalan mereka akibat inisiatif mereka sendiri, melainkan karena situasi dan kondisi yang mendorong mereka melakukan kenakalan.

POLA KOMUNKASI REMAJA
Remaja bisa dikenali dari pola komunikasinya yang unik dan khas. Unsur yang membuat pola komunikasi mereka unik dan khas adalah ungkapan dan terminologi yang mereka gunakan acapkali menurut pandangan orang-orang dewasa tanpa aturan dan menyimpang dari kaidah berbahasa. Pandangan ini tidak sepenuhnya salah meskipun tidak seluruhnya benar karena seringkali para remaja menggunakan terminologi, bahasa komunikasi, atau tata bahasa yang sulit dipahami oleh orang lain di luar komunitas mereka.
Pola komunikasi yang berbeda antara anak-anak remaja dengan orang sekitarnya terutama orang tua dapat menyebabkan proses komunikasi mengalami distorsi, padahal komunikasi adalah inti dari relasi interaksi antar orang tua dengan anak-anak remaja. Jikalau para remaja menemukan keamanan dan kenyamanan berdiskusi dengan orang tuanya, hal ini lebih baik daripada mereka mencari informasi di luar rumah. Oleh sebab itu para remaja sebenarnya menginginkan hubungan yang akrab dan intim dengan orang tuanya, meskipun dalam penampilannya tampaknya mereka seringkali acuh tak acuh dengan orang tua atau orang-orang di sekelilingnya.
Menurut Surbakti, 2008 terdapat tiga fungsi utama komunikasi antara anak remaja dengan lingkungan sekitarnya, yakni:
  1. Menyampaikan pesan
Tujuan komunkasi antara ank remaja dengan orang-orang disekitarnya adalah menyampaikan pesan, baik anak sebagai penerima pesan dan orang-orang sekitanya sebagai pemberi pesan ataupun sebaliknya. Cara yang paling efektif untuk menyampaikan pesan antara keduanya adalah melalui komunikasi tatap muka. Kelebihan komunikasi tatap muka adalah langsung mengetahui reaksi penerima pesan pada saat pesan disampaikan. Kelemahanya, mudah mengundang konflik jika  tudak dikendalikan dengan baik.
2.      Menerima Pesan
Selain menyampaikan pesan, komunikasi juga bertujuan menerima pesan. Dalam proses komunikasi anak-anak remaja dan orang di sekitanya secara bergantian menjadi objek (receiver) dan subjek (sender) komunikasi. Syarat utama menjadi penerima pesan (receiver) adalah kesediaan untuk mendengarkan. Minimnya kesediaan untuk mendengarkan pesan menyebabkan pesan tidak mencapai sasaran yang diinginkan.
3.      Isi
Banyak orang yang kesulitan berkomunikasi dengan anak-anak remaja karena tidak saling memahami pola komunikasi yang sedang mereka gunakan. Terkadang mereka saling mempertahankan pola komunikasinya masing-masing. Remaja sedang berada dalam taraf pencarian identitas, pengembangan, dan coba-coba. Ketidakstabilan remaja tampak dari perilaku mereka yang mudah terinfeksi oleh berbagai pola komunikasi yang menurut mereka menarik meskipun belum tentu bermanfaat bahkan membingungkan orang lain termasuk orang tua mereka sendiri.
Pola komunikasi remaja umumnya penuh dengan dinamika, terkadang disertai sinisme atau sarkasme terhadap situasi hidup sehari-hari. Istilah-istilah yang mereka gunakan acapkali yang semakin hari semakin timpang atau karena mereka merasakan sendiri betapa  mereka mendapat tekanan dari sstem yang mengatur kehidupan mereka sebagai remaja yang semakin hari semakin berat dan mengekang kebebasan mereka. Untuk melampiaskan kekesalan atau tekanan tersebut, mereka acapkali menggunakan simbol-simbol komunikasi yang keluar dari aturan berbahasa.
PERAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN REMAJA
Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam perjalanan hidup seorang remaja adalah pembentukan identitasnya. Aspek ini merupakan titik paling kritis bagi setiap remaja karena pada masa remaja, mereka ragu dalam menentukan identitasnya. Salah satu identitas diri yang harus dimiliki oleh setiap remaja adalah tata nilai. Melalui sistem tata nilai yang dianutnya, seorang remaja mengungkapkan siapa, mengapa, dan bagaimana dia sebagai sosok pribadi. Dapat dikatakan, setiap remaja adalah pribadi yang unik dan khas sehingga memiliki identitas atau tata nilai yang belum tentu sama dengan identitas atau tata nilai yang dianut remaja lain.
Sistem tata nilai sebagai identitas remaja merupakan pengajaran melalui pembelajaran, pengalaman, atau peniruan sehingga selalu terbuka kemungkinan kekeliruan atau pemahaman lain. Tata nilai sebagai salah satu identitas remaja mengatur pola hidup, tingkah laku ke dalam maupun ke luar, sekaligus sebagai landasan moral maupun spiritual dalam melakukan interaksi, menata hidup, melakukan perenungan hidup, menciptakan remaja yang berkepribadian, dan memiliki budi pekerti yang luhur. Seorang remaja haruslah senantiasa mempertimbangkan banyak aspek, seperti: kepatutan sosial, etika, moral, norma-norma, tidak menimbulkan pertentangan, memperbaiki tat nilai yang ada, mempertimbangkan budaya dan nilai-nilai lokal dalam menerapkan tata nilai yang baik karena tata nilai merupakan falsafah hidup.
Tata nilai seorang remaja terbentuk oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, kakak, atau adik. Faktor-faktor eksternal adalah semua faktor di luar keluarga inti misalnya, budaya, agama, sekolah, lingkungan, atau ideologi.
Menurut Surbakti, 2008 terdapat tiga kemungkinan yang paling sering dihadapi remaja terhadap sistem tata nilai yang dianutnya, yakni:
  1. Tata nilainya lebih baik ketimbang di luar dirinya
Jika tata nilai yang dianut seorang remaja lebih baik daripada di luar dirinya, remaja tersebut dapat menjadi contoh yang baik bagi komunitasnya.
2.      Tata nilai sama dengan di luar dirinya
Jika tata nilai yang dianut seorang remaja sama dengan di luar dirinya, secara umum tidak terjadi benturan. Artinya dia dapat melanjutkan tata  nilai yang dianutnya .
3.      Tata nilainya lebih buruk ketimbang di luar dirinya
Jika tata nilai yang dianutnya berbeda atau lebih buruk daripada di luar dirinya, seorang remaja akan mengalami guncangan hebat. Ada dua kemungkinan yang dapat dilakukannya, yakni:
  1. Bertahan pada sistem tata nilai yang dianutnya dengan konsekuensi ia akan tersisih  dari lingkungannya.
  2. Mengadopsi tata nilai baru yang lebih baik dan meninggalkan tata nilai lama yang lebih buruk.
Keluarga merupakan tempat pembentukan tata nilai yang paling berpengaruh terhadap remaja. Apa yang dimunculkan seseorang pada masa remaja adalah hasil pembentukan tata nilainya sejak masa kanak-kanak. Dalam hal ini, kedua orang tua adalah individu yang paling bertanggung jawab terhadap pembentukan tat nilai tersebut. Melalui orang tua seorang remaja belajar tentang etika, moral, norma-norma, budaya, kejujuran, saling menghormati, saling menghargai, tau saling menolong. Tetapi melalui orang tua juga seorang remaja belajar tentang kecemasan, kemarahan, ketidakjujuran, egoisme, dan perilaku buruk lainnya.
Ayah merupakan panutan dalam merancang sistem interaksi sosial bagi anak-anaknya. Ayah adalah figur kekuatan di dalam keluarga. Ia merupakan simbol wibawa dan kedaulatan keluarga. Personifikasi dirinya mendorong keberanian anggota keluarganya untuk menantang berbagai persoalan hidup. Tetapi, terkadang ayah mampu memainkan perannya secara sempurna tanpa pernah melakukan kesalahan. Kesalahan yang seringkali dilakukan seorang ayah adalah bertindak otoriter, sering tergesa-gesa, malu mengakui kelemahannya atau melanggar peraturan yang ia tetapkan sendiri. Ibu berperan sebagai pengasuh yang memberikan rasa nyaman bagi anak remajanya. Ibu merupakan penerjemah utama sifat, dan kepribadian. Pengaruh ibu sangat besar terhadap pembentukan persepsi anak-anak tentang kehidupan.

BENTUK KENAKALAN REMAJA
Dunia remaja selalu membuat kebayakan orang tua pusing kepala. Para remaja selalu ingin tahu sampai batas mana mereka diperbolehkan melanggar aturan. Secara tidak langsung, orang tua yang lemah dan ragu-ragu dalam menghadapi tingkah laku anak-anaknya akan mendorong anak remajanya menuju ke jurang kehancuran. Perlu sikap tegas dalam mendidik remaja. Tetapi, perlu diperhatikan bahwa ketegasan tidak identik dengan kemarahan yang disertai kekerasan dan pengniayaan.
Hal yang tidak boleh diabaikan adalah bahwa kenakalan remaja tidaklah berdiri sendiri dan terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui proses. Di dalam proses tersebut, banyak unsur yang terlibat yang membentuk mentalitas remaja. Dalam hal ini, orang tua adalah unsur yang paling penting yang membentuk identitas remaja. Dengan demikian, kekalan remaja tidak mungkin dilepaskan dari peran orang tua sebagai mesin pemroses utama pembentukan mentalitas, karakter, atau kepribadian remaja. Anak remaja memasuki dunianya dengan bekal pendidikan yang dipersiapkan selama bertahun-tahun oleh orang tua. Namun, pada suatu tahapan tertentu dalam masa keremajaan mereka, para remaja seakan-akan sedang memasuki tahap tertentu yang membuat mereka enggan berbicara dengan siapa pun sehingga diam dalam proses komunikasi.


Beberapa bentuk kenakalan remaja yang sering terjadi dalam kehidupan adalah sebagai berikut.
  1. Penentangan
Persamaan sifat seluruh remaja di dunia, yakni cenderung menentang otoritas orang tua. Transisi menuju kebebasan yang lebih besar pada masa remaja sangat bergantung pada sikap dan kerelaan orang tua. Penegakan disiplin diperlukan, tetapi harus disertai dengan kesabaran dan argumentasi rasional. Inti dari pemberontakan remaja adalah ingin mendapatkan kemerdekaan, pengakuan eksistensi, dan perhatian orang tua.
  1. Perkelahian
Salah satu ciri khas remaja adalah membuktikan eksistensinya di dalam komunitasnya. Remaja laki-laki selalu dipersepsikan dengan kekuatan dan keberanian, banyak remaja laki-laki yang terobsesi menjadi “hero” dengan menunjukan keberanian terutama dalam bentuk perkelahian. Semangatnya bagus, namun pelaksanaanya keliru.
  1. Narkoba
Remaja banyak yang terlibat dalam peredaran obat-obatan terlarang mulai dari obat-obat psikotropika sampai narkoba, sebagai pemakai ataupun pengedar. Sebenarnya para remaja hanyalah korban permainan orang-orang dewasa yang ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan mengorbankan mereka.
  1. Tindak Kriminal
Pada banyak kota besar di Indonesia tiada hari tanpa perkelahian anak-anak pelajar remaja. Bahkan banyak pelajar remaja sudah terlibat perbuatan kriminal berat, seperti penodongan, penganiayaan, pemerasan, perampasan, pemerkosaan, pelecehan, dan pembuunuhan.
  1. Melalaikan Tanggung Jawab
Melalaikan tanggung merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja yang paling umum. Mereka cenderung mengabaikan atau menghindar dari segala sesuatu yang berkaitan dengan kewajiban, apalagi jika kewajiban tersebut terasa memberatkan, namun menuntut dengan tegas hak mereka.
  1. Kemalasan
Para remaja tampaknya erat sekali dengan kemalasan. Banyak remaja yang malas mengurus diri mereka sendiri termasuk mengurus lingkungannya.
Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam pembentukan watak dan tata nilai anak remaja yang kelak menjadi identitasnya. Bagaimanapun, anak remaja mempunyai ciri khas masing-masing yang berbeda dengan yang lain. Meskipun tampaknya anak-anak remaja acuh dengan segalanya, namun mereka tetap peka dengan berbagai perubahan di sekelilingnya, apalagi perubahan tersebut menyangkut kepentingan mereka.
Komentar
- pada tahap remaja ini, dia mengalami situasi emosi yg labil, sehingga tidak dapat mengendalikan dirinya jika terjadi sesuatu.


sebetulnya pola asuhlah yg bisa membentuk karakter seorng remaja, untuk bisa sukses atau tidak dlm menjalani tugas perkembangannya.
- kondisi psikologis dari remaja itu sendiri yang sedang mengalami massa pubertas, yang mempunyai kecenderungan tinggi untuk mencari jati diri dengan suka meniru2, suka mencoba hal2 baru dan menyukai hal2 yang sifatnya menantang..selain itu juga dapat diterangkan mengenai kurang arahan yang sifatnya memfasilitasi remaja agar menyalurkan kondisi itu dalam hal2 psoitif misalnmya dalam bidang oleh raga...

-upaya menanggulanginya dengan diketahui kenakalan remaja, maka diperlukan uapaya penanggulangan mengingat remaja adalah generasi penerus bangsa..
adapun upaya penanggulangan yang dapat dilakukan adalah menyediakan fsilitas yang dapat menyalurkan minat remaja dalam bidang positif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar